Rabu, 07 Oktober 2015

Berbagi : Pengalaman menjadi seorang railfans (bagian kedua)



Stasiun Tarik, 01 Agustus 2010.

Saya dan rekan-rekan Komuter yang lain berencana untuk berkumpul di Stasiun Tarik. Saya ingat berangkat dari Stasiun Surabaya Gubeng bersama beberapa orang teman naik KA Arek Surokerto tujuan Mojokerto, berangkat dari Gubeng tepat pukul 08.00 WIB. Rombongan kami sampai di Tarik kira-kira pukul 08.30 an.

Di sini saya bertemu dengan Syamsul Bachri, salah satu orang yang berjasa dalam kehidupan saya sebagai penghobi kereta api. Di sini juga untuk pertama kali dalam hidup, tangan saya memegang kamera DSLR (Digital Single Lens Reflect). Nikon D5000 adalah kamera DSLR pertama yang saya pegang. Tentu saja saat itu saya masih belum tahu apa kepanjangan dari DSLR. Kamera tersebut milik Syamsul. Dia meminjamkannya kepada saya agar saya bisa belajar bagaimana cara menggunakannya. Karena untuk pertama kali saya memegangnya, saya memegangnya dengan sangat hati-hati, sampai tangan saya gemetaran. Perasaan senang karena bisa memegang kamera bagus, sekaligus takut jika nanti kameranya rusak. Dan parahnya, saya sok tahu hahaha :D Saya tidak mau bertanya bagaimana cara menggunakannya.

Nikon D5000, kamera DSLR pertama yang saya pegang tapi saya tidak tahu bagaimana menggunakannya :D

Saya ingat, sebelum saya pegang, kamera dipegang oleh mas Bachrul Uluma.k.a Cui. Dia menggunakannya sebentar untuk memotret teman-teman. Dia menggunakan mode live view untuk memotret. Setelah dipakai, langsung diserahkan kepada saya tanpa mematikan mode live view nya. Saya coba pakai, coba untuk mengintip lewat viewfinder, tapi kok gelap? Apa yang salah? Saya bingung bukan main, ini bagaimana caranya supaya ga gelap? Padahal tutup lensa sudah saya lepas tapi kenapa masih gelap? Tentu saja gelap karena live view nya belum dimatikan hahaha :D Dan saya tidak tahu bagaimana cara mematikannya :v Akhirnya saya matikan saja kameranya, tombol power saya switch ke off. Lalu kamera saya nyalakan lagi, beres hahaha :D Dan satu lagi, karena baru pertama kali menggunakannya, saya tidak mematikan kameranya. Jadi setelah saya pakai, kamera tetap saya biarkan on, sehingga menghabiskan daya baterai. Belum sehari, daya baterai sudah hampir habis sehingga Syamsul tidak bisa menggunakannya untuk memotret hehehe :D Ngapunten ya, Syam :D

“Wah, batere kok hampir habis gini. Tadi kamera ga sampeyan matikan, Mas?”
“Wah iya, lupa hehehe :D”
“Woalah ya wes, mas. Gpp”

Di Stasiun Tarik juga untuk pertama kalinya saya berani menyeberang jembatan kereta api yang panjang. Pengalaman pertama saya menyeberang jembatan kereta api adalah di Stasiun Lawang, tapi hanya jembatan kecil hahaha :v Saat itu saya sedang hunting sendirian di Stasiun Lawang. Saya berjalan menyusuri rel dari stasiun ke arah selatan dan sampailah saya di sebuah jembatan kecil. Awalnya saya takut. Kenapa? Karena semenjak saya mengalami kecelaksaan di tahun 2000, saya jadi agak phobia terhadap ketinggian. Setiap kali saya berada di ketinggian, kepala saya langsung terasa pusing, semacam vertigo. Ini dikarenakan saat kecelakaan, kepala saya terbentur cukup keras dan mengakibatkan luka yang masih membekas sampai sekarang.

Sebelum menyeberang saya berpikir, kalau saya tidak menyeberang jembatan ini maka saya harus jalan memutar lewat bawah, dan itu jaraknya cukup jauh. Akhirnya saya memutuskan untuk menyeberang. Hanya sebuah jembatan kecil sepanjang kira-kira 2-3 meter saja. Tapi saya masih deg-deg an. Saya menyeberanginya dengan kaki gemetar, walaupun akhirnya saya berhasil menyeberanginya. Alhamdulillah.

Kembali ke Tarik. Ada dua jembatan di sebelah barat Stasiun Tarik, jembatan kecil dan besar. Jembatan kecil panjangnya kira-kira 3-4 meter, sedangkan yang besar, ehm… saya ga tau berapa panjangnya. Pokoknya panjang lah hahaha :D

dua jembatan di sebelah barat Stasiun Tarik
Saya dan rekan-rekan yang lain awalnya hanya menyeberang jembatan kecil, untuk memotret kereta api yang akan melintas. Setelah satu KA melintas –kalau tidak salah saat itu KA Rapih Doho, saya melihat ada seorang perempuan dan anak kecil yang menyeberang jembatan besar. What…??!! Perempuan dan anak kecil!!! Saya merasa terhina sekali hahaha :D Perempuan dan anak kecil saja berani menyeberang, kenapa saya tidak??!!

KA Rapih Doho melintas di atas jembatan Tarik
Setelah mengumpulkan keberanian, saya mengajak satu orang teman yaitu mas Anzhar untuk menemani menyeberang jembatan. Dan mas Anzhar bersedia untuk ikut. Bismillahirohmanirrohim. Itulah kata pertama yang saya ucapkan sebelum menyeberang. Pelan-pelan saya langkahkan kaki menginjak balok-balok penyangga rel. Jembatan besar ini cukup parah keadaan baloknya pada saat itu. Jarak antar balok tidak sama, ada yang lebar dan ada yang sempit. Keadaan baloknya pun banyak yang tidak utuh. Ada yang tinggal separuh, ada yang berlubang, ada pula yang terbakar. Asem tenan lah pokoknya. Untunglah saat itu adalah jam sepi kereta melintas, jadi saya bisa menyeberang dengan tenang. Perlahan tapi pasti, saya akhirnya sanggup menyeberang jembatan panjang tersebut. Alhamdulillah. Meskipun saat sampai di ujung jembatan, kaki saya masih gemetaran hahaha :v

Saat sampai di ujung jembatan, kami disambut kedatangan KA Arek Surokerto dari Mojokerto menuju ke arah Surabaya Gubeng. Setelah memotret KA Arek Surokerto, saya dan mas Anzhar mencari spot untuk memotret KA selanjutnya, KA Gayabaru Malam Selatan. Kami menemukan spot yang cukup bagus dan teduh, cocok untuk beristirahat dan ngadem dari panasnya sinar matahari siang itu. Dan karena saat itu saya masih belum mengerti bagaimana teknik memotret yang baik, maka foto yang saya hasilkan asal-asalan. Asal keliatan sepurnya hahaha :v

KA Arek Surokerto dari Mojokerto. Perbuatan saya mengambil foto dari atas sinyal masuk mohon jangan ditiru ya

KA Gayabaru Malam Selatan dari Surabaya Gubeng menuju Jakarta Kota (Gapeka 2011)
hasil foto masih asal-asalan karena belum mengerti teknik foto yang baik :D
Sepulang dari Stasiun Tarik, saya menceritakan pengalaman saya memegang kamera DSLR dan menyeberang jembatan kepada perempuan yang saat itu dekat di hati saya, pamer ini ceritanya hehehe :D Siapa nama perempuan itu? Tidak perlu saya sebutkan, ga baik hehehe :D

Perempuan ini juga yang ikut menemani perjalanan saya menjadi seorang penghobi kereta api. Beberapa kali dia sempat ikut hunting kereta api bersama saya. Dia ikut saat saya hunting di Stasiun Surabaya Kota, ikut naik KA Komuter dan berpanas-panasan di stasiun. Dia sempat marah saat saya tinggal untuk memotret KA di tengah emplasmen stasiun, sedangkan dia duduk berteduh di peron. Dan satu yang sangat sangat ingat, dia menemani saya hunting di Bekas Dipo Lokomotif Bangil. Hunting yang juga menjadi salah satu penanda penting dalam kehidupan saya secara umum maupun sebagai penghobi kereta api. Jika Anda berharap untuk tahu nama dan foto perempuan tersebut, kubur saja harapan itu karena saya tidak akan menampilkannya di sini :D

Dipo Lokomotif Bangil. Mungkin Anda sudah pernah mendengarnya. Bekas Dipo Lokomotif Bangil adalah salah satu tempat yang terkenal angker di kalangan penghobi kereta api. Sebelumnya, saya berkenalan dengan dua orang penghobi kereta api yang juga punya pengaruh kuat dalam hidup saya, dan sekarang sudah saya anggap sebagai keluarga saya sendiri. Rendra Swariyan Habib dan Budi Wibawa Mukti. Saya berkenalan dengan mereka di facebook. Awalnya kedekatan kami hanya sekedar sesame penghobi kereta api. Saling berbagi karya foto kereta api di facebook dan di kaskus. Nah, di kaskus inilah awal mula kedekatan kami. Di thread motret kereta api yang dibuat oleh om Ipenk (Ifan Triyanto) kami saling berbagi foto. Awalnya, mas Budi mengajuka rikues kepada saya untuk memotret KA Argo Wilis, KA favoritnya. Saya menyanggupi dan memotret KA Argo Wilis di Stasiun Surabaya Gubeng. Dan itu adalah foto KA Argo Wilis saya yang pertama. Lalu om Rendra juga ikut mengajukan rikues, dan ini tidak main-main.

“Om, rikues foto Bekas Dipo Lokomotif Bangil sekalian gerbong NR yang ada di dalamnya donk”
“Gerbong NR itu apa?”
“Gerbong penolong yang dipakai untuk menolong KA yang mengalami PLH”
“Okeh, siaap. Segera dieksekusi”

Begitulah kira-kira percakapan kami di thread di kaskus. Saya menyanggupinya tanpa tahu sejarah tempat tersebut dan sejarah gerbong NR yang akan saya potret. Pagi hari sebelum berangkat, saya membuat status di facebook “Berangkat hunting Bekas Dipo Lokomotif Bangil dan NR nya”. Setelah membuat status, saya langsung berangkat ke Stasiun Sidoarjo, berdua, dengan perempuan kecil itu :)

Kami naik KA Penataran jurusan Malang. KA berangkat pukul 08.00 dan sampai di Bangil kira-kira pukul 08.30 an. Setelah meminta ijin PPKA setempat, saya langsung menuju bangunan dipo. Di dipo saya juga menyempatkan diri untuk ijin petugas yang sedang berada di sana. Selanjutnya kami berdua berfoto-foto di sekitar bangunan dipo. Saat menuju bangunan dipo yang sudah tampak lama dan terbengkalai, sebenarnya saya sempat ragu. Ada perasaan tidak enak dan mengganjal saat melihat bangunan tersebut. Tiba di pintu bangunan, saya tidak langsung masuk. Saya sempat terdiam sebentar, mengamati dan merasakan aura di dalam bangunan. Dingin. Dia yang menemani saya pun sempat mengajak untuk kembali, tidak masuk dipo. Tapi saya menolak. Saya ingin menepati janji kepada om Rendra. Bismillahirohmanirrohim. Saya pun melangkah masuk.

suasana Stasiun Bangil saat itu, foto tahun 2010

ruang PPKA Stasiun Bangil tahun 2010
Di dalam bangunan terasa dingin, sunyi, senyap, dan sepi. Saya melihat beberapa gerbong semacam PPCW (gerbong datar) dengan kode PPWRU. Saya melihat sekeliling, ada ruangan kerja, beberapa barang yang berserakan dan sebuah kran air yang airnya menetes pelan. Wah, suasana nya lumayan horror dan menyeramkan. Padahal saat itu siang hari. Saya lihat di ujung utara, sebuah gerbong tua yang diparkir di bagian paling belakang bangunan. Mungkin itu NR nya, ucap saya dalam hati.

Perlahan saya mendekat, aura mistis dan dingin bertambah kuat. Singup kalau orang Jawa bilang. Entah kenapa kaki saya terus saja melangkah maju sampai akhirnya tangan saya menyentuh gerbong tua itu. Memang aura nya terasa lain. Seperti ada yang sedang mengawasi saya dari jauh. Tapi tidak saya hiraukan. Saya masih belum tahu bagaimana cerita sejarah gerbong tua itu, dan bagaiman cerita para penghobi kereta api sebelum saya yang pernah memotret gerbong tua tersebut, jadi saya tetap santai dan tenang. Tidak berpikiran negatif dan macam-macam. Saya memotret gerbong NR itu dari berbagai sudut. Depan, samping, bahkan dari bawah. Dengan berani –atau lebih tepatnya nekat saya turun ke kolong gerbong untuk memotret dari bawah. Padahal….

Selesai memotret dan mengamati, saya kembali keluar. Di luar, sang perempuan sudah menunggu dengan resah. Saya juga bodoh, kenapa saya tinggalkan dia sendirian di luar? Kenapa tidak saya ajak masuk saja sekalian? Ah sudahlah, yang penting dia selamat dalam keadaan baik. Dia menyambut saya dengan muka gelisah.

“Aku kuatir,” katanya.
“Tadi pas sudah masuk, aku manggil-manggil dari luar. Kedengaran ga?”
“Ga, aku ga dengar apa-apa dari dalam,” sahutku.
“Ah sudahlah, yang penting ga ada apa-apa. Ayo kita pulang.”

Kami berencana pulang naik KA Penataran jam 12 dari Malang. Karena jam kedatangan kereta masih lama, kami menyempatkan diri untuk berfoto di sekitar stasiun dan membeli nasi bungkus untuk makan siang. Alhamdulillah, hunting hari itu berjalan lancar. Tapi saya tidak tahu, status di facebook saya sudah penuh dengan cerita sejarah Bekas Dipo Lokomotif Bangil, gerbong NR, rekan-rekan penghobi yang sebelumnya pernah memotret Bekas Dipo Lokomotif Bangil dan gerbong NR nya.

Saya tahu setelah saya buka facebook saya di malam harinya. Astaga!!! Ternyata gerbong NR di Bekas Dipo Lokomotif Bangil sangat angker!!! Buset bener dah!!! Perasaan takut, kuatir, cemas, sekaligus bangga bercampur menjadi satu. Gerbong NR adalah salah satu gerbong yang dinyatakan angker oleh para penghobi kereta api sebelum saya. Sejarahnya cukup kelam dan seram. Menurut cerita, gerbong itu pernah dipakai untuk mengangkut mayat para korban pembantaian PKI di lintas Pasuruan – Bangil. Pintu gerbong NR yang berupa pintu slide, pernah dipakai untuk memenggal kepala korban kekejaman PKI. Ceritanya, korban direbahkan di lantai gerbong dengan bagian badan di dalam gerbong leher berada tepat di pintu. Lalu pintu ditarik dengan kencang sehingga bisa memenggal kepala korban. Haduuuuhhh….!!!

Bukan itu saja, menurut cerita para penghobi yang sudah pernah memotret sebelum saya. Mereka yang pernah memotret gerbong NR tersebut akan mengalami berbagai macam keganjilan. Mulai dari foto-foto yang ada di memory card menghilang secara misterius, lalu memory card rusak, terkena virus dan tidak bisa digunakan lagi. Tidak hanya memory card nya yang rusak, komputer dan laptop yang pernah disinggahi memory card yang berisi foto-foto gerbong NR itu pun juga ikutan rusak. Tak ketinggalan kamera yang dipakai. Salah seorang teman becerita, komputer temannya yang dipakai untuk menyimpan foto-foto gerbong NR tersebut rusak, sampai harus diperbaiki hingga 3 kali, tapi tetap saja rusak. Lalu kameranya juga. Kameranya sempat diperbaiki dan bisa dipakai sebentar, tapi tak lama. Sebulan setelah diperbaiki, keponakannya memukul kameranya dengan palu. Hancurlah kameranya :3

Tidak berhenti sampai di situ, orang yang memotret pun juga ikut ketularan. Masih menurut teman saya, sesaat setelah dia dan teman-temannya memotret, ada satu penghuni gerbong yang ikut. Penghuni tersebut nangkring di pundak teman nya selama beberapa hari, sampai orang tersebut sakit. Penghuni gerbong NR itu mau pergi setelah salah seorang teman berdialog secara baik-baik dengan nya. Dan sampai saat itu, hanya ada dua orang di Indonesia yang masih menyimpan foto-foto gerbong NR di Bekas Dipo Lokomotif Bangil. Dua orang tersebut termasuk saya. Kerusakan yang dialami kamera, komputer dan perangkat lainnya tidak langsung terjadi setelah selesai mengambil foto. Tapi terjadi seminggu setelah selesai mengambil foto. Asem tenan!!!

Cerita yang cukup membuat takut dan bulu kuduk berdiri. Saya sempat kuatir, bukan hanya mengkhawatirkan keselamatan handphone dan komputer saya, terlebih saya mengkhawatirkan keselamatan perempuan yang saya ajak untuk hunting di sana. Saya khawatir terjadi apa-apa kepada dirinya, karena saat itu saya tinggalkan dia di luar, sendirian. Tapi saya tetap berpikiran positif. Niat saya baik, saya tidak punya niat macam-macam saat datang ke sana dan memotret gerbong NR. Alhamdulillah seminggu setelah saya memotret, tidak ada hal negatif yang terjadi pada saya, perangkat saya, dan perempuan yang saya cintai. Semua baik-baik saja, dan sampai sekarang saya masih menyimpan foto-foto Bekas Dipo Lokomotif Bangil beserta gerbong NR nya dengan aman.

Saya merasa bangga, saya adalah salah satu dari sedikit orang yang saat itu bisa memotret dan memiliki foto-foto Bekas Dipo Lokomotif Bangil dan NR nya dengan aman, tanpa ada masalah. Karena setelah itu, ada dua orang teman yang memotret di sana mengalami kejadian yang tidak menyenangkan. Handphone yang dipakai memotret rusak dan satu teman lainnya kamera DSLR serta komputernya rusak berat sampai tidak bisa diperbaiki. Seram :3

Penasaran dengan foto-foto Bekas Dipo Lokomotif Bangil dan gerbong NR nya? Silahkan, saya sertakan foto-fotonya lengkap di bawah ini. Jika ingin klik kanan dan save as, saya ijinkan tetapi dengan resiko Anda sendiri ya :D

Beginilah suasana di sekitar Bekas Dipo Lokomotif Bangil pada tahun 2010

Bekas Dipo Lokomotif Bangil

Bekas Dipo Lokomotif Bangil

kereta tua yang teronggok di depan dipo. entah kereta ini dulunya dipakai untuk apa



Bekas Griya Karya Stasiun Bangil

Bekas Griya Karya dan Turn Table Dipo Lokomotif Bangil

Lokomotif D301 61 sedang parkir di depan Bekas Dipo Lokomotif Bangil

narsis dulu yak hehehe :D

mungkin ini bangunan kantor Dipo, saya tidak tahu tepatnya untuk apa

gerbong PPWRU tua diparkir dan ditinggalkan di depan pintu masuk dipo


tampak kode gerbong PPWRU 12 ....

pintu masuk depan Bekas Dipo Lokomotif Bangil
sudah berasa mistisnya?
Dan inilah suasana di dalam Bekas Dipo Lokomotif Bangil, lengkap dengan gerbong NR nya. Kalau pengen save as, resiko ditanggung sendiri ya :D

gerbong-gerbong PPWRU tua

bekas loss dipo

bekas kantor dipo

kran air yang airnya tak berhenti menetes, entah mulai kapan sampai kapan. suara airnya yang menetes menambah kesan seram di dalam bangunan :3
penampakan gerbong NR

saya naik ke atas gerbong PPWRU dan mulai mendekat

gerbong NR 9
berasa ada yang mengawasi?



entah saya nekat, bodoh, atau berani saat mengambil foto dari bawah seperti ini. padahal ini di bawah adalah ....
 

pintu yang katanya pernah dipakai untuk memenggal kepala manusia :3

Pengalaman yang lumayan pahit tapi menyenangkan hehehe :D Di balik itu semua, Dipo Bangil dan gerbong NR nya telah membuat saya mempunyai dua keluarga baru. Om Rendra dan om Budi. Terima kasih saya untuk kalian berdua :)

Semua foto diambil tahun 2010 menggunakan handphone kamera SonyEriscsson K790i. Kondisi handphone saat ini sudah almarhum :'(

Berikut beberapa foto yang sempat saya abadikan sebelum kami berdua pulang kembali ke Sidoarjo

gerbong ketel diparkir di emplasmen Stasiun bangil

gerbong kricak yang sudah terisi batu balas, siap untuk dirangsir dan berdinas

KA Mutiara Timur Pagi dari Surabaya Gubeng tujuan Banyuwangi, masuk jalur 1 Stasiun Bangil

Lokomotif D301 61 siap merangsir rangkaian gerbong kricak

sepur yang saya anggap aneh saat itu karena baru pertama saya melihatnya, dan sampai sekarang saya tidak tahu sepur apa ini namanya, dan gunanya untuk apa :v

lokomotif CC 203 41 sudah menempel pada rangkaian kricak, siap berangkat ke arah Malang.
dengan sok tau saya menjelaskan kepada perempuan kecil itu, bahwa ini namanya Argo Kricak. Kenapa dinamakan Argo Kricak? Karena lokomotifnya biasanya dipakai untuk menarik rangkaian KA Argo atau Eksekutif. hahaha sok tau yak, maaf ya :D

KA Penataran dari Malang masuk Stasiun Bangil, siap membawa kami kembali pulang ke Sidoarjo

bersambung ....

14 komentar:

  1. duowoooo artikele hahahaha. . . tp mantab mas perjalanannya ..... lanjutgan potozepure :D

    BalasHapus
  2. sebetulnya bercak kecoklatan itu sepertinya bukan karat melainkan itu bekas darah yang tidak bisa dihilangkan :) Thx artikelnya :D

    BalasHapus
  3. nanti pas dibuka pintu NR09 nya gataunya kosong :v

    BalasHapus
  4. Salam kenal mas, sy jg kenal sma kang rendra sma agung d stasiun ijo thn 2009

    BalasHapus
  5. Salam Kenal mas saya dari daop III CN ngomong2 itu sih gerbong paling mistis dalam sejarah perkeretaapian indonesia sih klau gk salah itu jg kata railfans dari daop lain ngomong nya begitu jadinya gk bisa tidur :3

    BalasHapus
  6. mas dhanie membawa aura positif sejak awal hingga akhir hunnting makanya tidak terjadi apa2, mas dhanie termasuk railfans yg beruntung bisa mendapatkan foto NR9 dan tidak terjadi apa apa pula, makanya banyak railfans yg kurang beruntung dikarenakan membawa aura negatif contoh railfans terlalu takabur,terlalu percaya diri dan terlalu meyakini bahwa mengambil foto tersebut hal yg mudah dan juga bermaksud menyobongkan diri kalau dia bisa menggambil gambar tersebut,dll. bukannya bermaksud menyela para railfans tapi fakta nya memang seperti itu. menggusik pengghuni area tersebut. untuk mas Dhanie Setiawan salut deh

    BalasHapus
  7. Loh, aku moto NR9 sampe ke boogie²nya :p

    BalasHapus
  8. Hiasan tenan ceritane hehehehhe

    BalasHapus
  9. Josss tenan ceritanya hehehehe

    BalasHapus
  10. mas coba kesana lagi cek gimana kondisinya sekarang tapi versi video di upload di youtube mas

    BalasHapus
  11. Punten mas. Saya penasaran yang caption pas mas foto bagian kolong nr nya itu ada apa ya? 😅

    BalasHapus